jump to navigation

Hidangan Murid Isaa Alaihi Salaam December 26, 2010

Posted by merenung in Sampaikan, Umum.
Tags: ,
1 comment so far

Banyak kisah tentang Isaa AS ibn Maryam di dalam beberapa surah dan ayat Al Qur’an, seperti pada surah yang ke lima , Al Maa’idah (Hidangan) ayat yang ke 110. Dimana dijelaskan bahwa ALLAH SWT menguatkan Beliau AS dengan Ruhul Qudus. Mengistimewakan beliau hingga dapat berbicara saat masih bayi, menciptakan dan menghidupkan burung dari tanah, menyembuhkan orang buta sejak dari kandungan, menghidupkan orang mati, dan keajaiban lainnya.

Al Maa’idah (Hidangan)

110. (Ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai ‘Isa putra Maryam, ingatlah ni’mat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata”.

Betapa murid-murid Isaa AS (Hawariyyun) adalah orang-orang yang berserah diri, tanpa bermaksud untuk membuktikan sesuatu, meminta hidangan dari langit agar hati mereka tenteram.

111. Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut ‘Isa yang setia: “Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku”. Mereka menjawab: Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)”.

112. (Ingatlah), ketika pengikut-pengikut ‘Isa berkata: “Hai ‘Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami ?”. ‘Isa menjawab: “Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman”.

113. Mereka berkata: “Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu”.

114. Isa putera Maryam berdo’a: “Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki Yang Paling Utama”.

115. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia”.

Demikian ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan kepada RasuluLLAH Muhammad ShalaLLAHu alaihi wa sallam tentang kisah terdahulu (yang ghaib), sebagaimana ayat berikut:

Surah Huud (Hud), 11:49

49. Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.

Surah Ali ‘Imran (Keluarga ‘Imran), 3:44

44. Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.

Nasrani – Al Qur’an December 25, 2010

Posted by merenung in Jum'at, Sampaikan, Serba-serbi, Umum.
Tags:
add a comment

Beberapa surat dan ayat dalam Qur’an yang turun mengisahkan kaum Nasrani, diantaranya adalah Surah Maryam, Surah Ar Ruum dan Surah Al Buruuj; (mencoba men-sari-kan dari Tafsir Al Mishbah)

  • Surah ke 19, Maryam (Maryam)

Surah yang turun sekitar tahun ke-empat masa kenabian ini, selain diberi nama Surah Maryam, isinya jelas-jelas suatu pembelaan ALLAH SWT kepada Maryam (ibu yang mengandung Nabi Isaa AS) atas tuduhan-tuduhan buruk orang-orang Yahudi.

19.16. Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Qur’an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur,

19.17. maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.

19.18. Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”.

19.19. Ia (jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”.

19.20. Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!”

19.21. Jibril berkata: “Demikianlah”. Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan”.

Menjelaskan sedikit proses kelahiran yang terjadi pada malam cerah (bukan musim dingin), dikesankan dari adanya penggembala di malam hari. Dan menyuruh Maryam untuk diam (tidak berkata-kata) untuk menjelaskan keberadaan Putra-nya, Isaa AS.

19.22. Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.

19.23. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”.

19.24. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.

19.25. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,

19.26. maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”.

Beberapa ayat tentang Nabi Isaa AS, di dalam Surah Maryam, yang berbicara saat kecil masih didalam gendongan, membela Ibundanya yang dilarang berbicara;

19.29. maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?”

19.30. Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,

19.31. dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;

19.32. dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.

19.33. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”

19.34. Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.

19.35. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia.

19.36. Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahIah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus.

  • Surah ke 30, Ar Ruum (Bangsa Romawi)

Kisah tentang kekalahan Byzantium (Nasrani) dari bangsa Persia penyembah api, yang dilanjutkan dengan janji dan bukti kemenangan kaum Nasrani atas kehendak ALLAH SWT.

30.1. Alif Laam Miim

30.2. Telah dikalahkan bangsa Rumawi ,

30.3. di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang

30.4. dalam beberapa tahun lagi . Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,

30.5. Karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya. Dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang.

30.6. (Sebagai) janji yang sebenarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janjiNya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

30.7. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.

  • Surah ke 85, Al Buruuj (Gugusan Bintang)

Kisah tentang penyiksaan sekelompok kaum yang beriman Nasrani yang hidup di wilayah Najran, suatu lembah di perbatasan Saudi Arabia dan Yaman. Kaum yang beriman ini disiksa dengan cara melemparkan ke dalam kobaran api didalam parit. Nabi Muhammad SAW melarang penyiksaan dengan api, Beliau SAW bersabda; “Tiada yang menyiksa dengan api kecuali Tuhannya api.”

Demikian bunyi Surah Al Buruuj 1 – 9 (dari 22 ayat)

85.1. Demi langit yang mempunyai gugusan bintang,

85.2. dan hari yang dijanjikan,

85.3. dan yang menyaksikan dan yang disaksikan.

85.4. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit ,

85.5. yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar,

85.6. ketika mereka duduk di sekitarnya,

85.7. sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman.

85.8. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mu’min itu melainkan karena orang-orang mu’min itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji,

85.9. Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.

(Jangan) Meminta Kemudahan August 29, 2010

Posted by merenung in Kehidupan, Sampaikan, Umum.
Tags: , ,
add a comment

“Hallo ‘kesulitan’, mana ‘kemudahan'”, seperti itu kira-kira pak Mario Teguh sambil merentangkan tangannya seolah menyambut mesra, memperagakan sambutannya kepada ‘kesulitan’, saat menjawab pertanyaan audience tentang bagaimana kiat menghadapi kesulitan. Kalimat dan peragaan singkat itu benar-benar membuat aku terperangah. Sangat mengejutkan.

Surah yang sangat kita kenal, Surah Asy-Syarh. Ada yang menamainya Surah Alam Nasyrah atau Surah al-Insyirah. Kelapangan dada, demikian artinya.

Surah Alam Nasyrah

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ
الَّذِي أَنقَضَ ظَهْرَكَ
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ
وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ

1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,

2. dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu,

3. yang memberatkan punggungmu ,

4. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu,

5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

6. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain

8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

Selama ini pemahaman ayat 5 dan 6 terasa sangat mudah dan sederhana. “Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Dipahami seperti, apabila kita mendapat kesulitan, yakinlah bahwa setelah itu akan ada kemudahan. Pengulangan memang membuat kita lebih yakin. Apalagi sering mendengar para ustadz menjelaskan bahwa satu kesulitan (al-‘usr dalam bentuk definit) diikuti dengan kemudahan (yusran dalam bentuk indefinit), yang secara mudah dimaknai sebagai; “Setiap satu kesulitan akan disusul dengan dua kemudahan”.

Karenanya setiap kali aku berdo’a, sebagaimana sering kita juga contoh dari do’a Nabi Musa AS, pada Surah Thaahaa: 25 – 27.

قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي

وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي

وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي

25. Berkata Musa: “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku,

26. dan mudahkanlah untukku urusanku,

27. dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,

aku selalu saja meminta ‘kemudahan’ untuk urusanku.

Setiap mendapat kesulitan, do’aku selalu ‘meminta kemudahan’. Apabila melihat orang lain, saudara atau teman mendapat ‘kesulitan’, aku mendo’akannya dengan ‘memintakan kemudahan’. Suatu yang aku yakini benar dan sepertinya memang sudah sangat tepat.

Tetapi setelah melihat pak Mario Teguh berucap dan memperagakan gaya seperti itu dalam menyambut ‘kesulitan’, aku merasakan ada yang kurang pas dengan keyakinanku selama ini. Mencoba merenunginya sejenak apa yang aku lihat dan dengar dari tayangan acara pak Mario Teguh di MetroTV saat itu, membuat aku tersadar bahwa selama ini aku justru terlihat bodoh dan tidak mengerti.

Bagaimana tidak, ALLAH beri aku satu paket kesulitan sebagai pembungkus dua kemudahan, aku malah berdo’a meminta kemudahan. Macam ALLAH berikan aku satu kotak berisi dua roti, dan kemudian aku malahan berdo’a meminta roti. Betapa aku tidak mengerti ALLAH mengulang “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”. Lucu sekali.

Karena pada buku Tafsir Al Mishbah, ayat 5 dan 6 Surah Asy-Syarh (Alam Nasyrah) diterjemahkan sebagai berikut;

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”.

maka ini lebih mudah dipahami. Karena kata “sesudah” (atau ada juga yang menterjemahkannya dengan kata “dibalik”), lebih memberi kesan “kemudian”, dengan jeda waktu yang sangat relatif. Orang sabar menganggapnya sebentar, sementara yang lain dan terburu-buru bisa saja merasakannya sangat lama. Kapan kemudahan akan datang? Begitu mungkin yang dibayangkan.

Tafsir Al Mishbah Vol 15, halaman 355

Kekhususan dimaksud bukan saja dari segi kadar atau kapasitas kelapangan dada tetapi juga pada substansinya. Hal terakhir ini, dapat terlihat melalui perbandingan antara dua ayat yang berbicara tentang kelapangan dada. Masing-masing yang dianugerahkan kepada Nabi Musa AS dan Nabi Muhammad SAW.

Nabi Musa AS bermohon kepada ALLAH agar dianugerahi kelapangan dada serta mempermudah untuknya segala persoalan (Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah untukku urusanku). Demikian permohonan beliau yang direkam oleh QS. Thaha [20]: 25-26, sedangkan Nabi Muhammad SAW memperoleh anugerah kelapangan dada tanpa mengajukan permohonan (perhatikan ayat diatas). Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa yang diberi tanpa permohonan tentu lebih dicintai dari yang bermohon, baik permohonannya diterima, lebih-lebih bila tidak.

Disisi lain, permohonan Nabi Musa AS adalah agar dipermudah untuk beliau urusannya, sedang Nabi Muhammad SAW bukan sekedar urusan yang dimudahkan ALLAH bagi beliau, tetapi beliau sendiri yang dianugerahi kemudahan sehingga betapapun sulitnya persoalan yang dihadapi – maka dengan pertolongan ALLAH – beliau akan mampu menyelesaikannya. Mengapa demikian? Karena ALLAH menyatakan kepada Nabi-Nya Muhammad SAW: “Kami akan mempermudahmu kepada kemudahan” (QS. AL-A’la [87]: 8).

Semakin jelas bahwa sebenarnya kesulitan itu selalu datang bersamaan dengan kemudahan-kemudahan (bukan hanya satu kemudahan).Lalu mengapa kita masih “meminta kemudahan”. Mengapa tidak seperti pak Mario Teguh menyambut dengan tangan terbuka dan senyum yang sangat lebar, “Wahai kesulitan, mana kemudahan”. Mungkin karena pandangannya terhadap kemudahan masih terhalang, sehingga dia bertanya dan mencari kemudahan. Tetapi itu menunjukkan, bahwa dia sangat yakin ‘kesulitan’ datang ‘bersama kemudahan-kemudahan’.

Memang jika direnungkan, pada saat kita mendapati kesulitan (tentunya hanya ALLAH jua yang menetapkannya), mungkin do’a yang lebih tepat adalah meminta kesabaran,  meminta petunjuk untuk menemukan kemudahan (yang sudah diberikan bersama datangnya kesulitan). Karena bisa jadi, pandangan kita terhalang oleh emosi, sikap terburu-buru, kesombongan, gengsi dan lain-lain, yang akibatnya justru mempersulit kita untuk menemukan kemudahan-kemudahan itu.

Pernah suatu kali, seorang ibu bertanya kepada ustadz nya, “Pak ustadz, kalau ALLAH sudah berikan semua kepada kita, dan ALLAH Maha Mengetahui atas segala sesuatunya kebutuhan dan keinginan kita, kayaknya do’a kita cuma satu doang kali ya, kita cuma minta diberi kesabaran aja”. Semua yang hadir, dan tentu ustadz nya juga, tertawa mendengarkan pertanyaan ibu tadi. Memang kalau mau dipikir-pikir, apalagi yang harus kita minta? Ah, itu kan pertanyaan sambil bercanda.

Ya ALLAH Azza wa Jalla, berikan kepadaku keikhlasan dan kesabaran,

tunjukkanlah kepadaku jalan untuk menemukan kemudahan-Mu,

jadikan aku orang selalu bersyukur atas segala ketetapan dari-Mu.

Selamat Berbuka Puasa

At-Takaatsur August 9, 2008

Posted by merenung in Kehidupan, Sampaikan, Umum.
Tags: , , , , ,
2 comments

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
﴿١﴾ أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ
﴿٢﴾ حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ
﴿٣﴾ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ
﴿٤﴾ ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ
﴿٥﴾ كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ
﴿٦﴾ لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ
﴿٧﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ
﴿٨﴾ ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
2. sampai kamu masuk ke dalam kubur.
3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
4. dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,
6. niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
7. dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan `ainul yaqin,
8. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).

Sambil bincang-bincang di tempat langganan makan siang ba’da sholat Jum’at, salah satu kawan memulai da’wahnya hasil kajian minggu lalu.
Kali ini dia menggambarkan, betapa kita jauh dari menahan diri untuk ber-megah-megah. Karena ,  bahkan makan tiga kali dalam seharipun pada jaman Rasulullah SAW sudah dapat digolongkan ber-megah-megah.  (tentu harus dilihat konteksnya pada masa itu) Ataupun memiliki baju lebih dari 3 stel, juga sudah dapat dikatakan bermegah-megah. Bagaimana dengan kita-kita yang selalu menjaga perut tetap kenyang ini?

Mungkin hal yang dalam bahasa sederhana dikenal dengan “pola hidup sederhana” ini memang sudah banyak dilupakan. Orang kaya (banyak uang) berdalih memanfaatkan (menikmati) kekayaannya sebagai wujud syukur atas pemberian ALLAH kepada mereka. Sementara orang miskin (kekurangan uang) cenderung memakai dalih sabar untuk ketidak mampuannya menikmati dunia (dengan kata lain, seandainya mereka kaya mungkin akan cenderung bermegah-megahan juga).

Padahal ayat-ayat diatas mutlak kebenarannya. Bahwa penafsiran-nya bisa berbeda, kita tinggal menunggu pembuktiannya “nanti”.

Kembali ke bangku sekolah saat kita diajari ilmu pasti, maka akan mudah menerima logika contoh sederhana ini.

Jika kita punya satu stel baju, maka satu stel baju itu akan kita pakai sepanjang hari (hidup). Yang artinya termanfaatkan 100%.
Kalau kita punya dua stel baju, pasti rata-rata pemanfaatannya akan menjadi hanya 50%. Dan itu pasti rata-rata hanya 50%.
Kalau kita punya satu stel baju kerja dan satu stel baju tidur, hampir pasti rata-rata pemanfaatannya 100% untuk masing-masing kebutuhan.

Jika wujud syukur itu adalah memanfaatkan amanah dengan optimal (untuk tujuan, dengan cara dan waktu) yang sesuai dengan perintah ALLAH, maka menjadi mudah menghitung (dengan ilmu pasti) mengapa kita dianjurkan membatasi kebutuhan kita.

Berguman dengan pandangan menerawang, kawan meneruskan : “Wah…., kalo gue masih jauh banget dari situ…….”. Bukan hanya kawan ini sebenarnya yang jauh dari bersyukur, tetapi aku dan mungkin masih banyak yang lain. Bagaimana tidak, kita dianjurkan membatasi “kebutuhan” kita, sedangkan aku sendiri lebih sering memikirkan “keinginan” (hawa nafsu).

Seorang kawan mengirimkan foto-foto (mungkin diambil dari internet) yang membandingkan dua orang pemimpin negara muslim. Betapa kontras dan sangat menggambarkan penyikapan ayat-ayat diatas. Semoga menjadi peringatan bagi kita semua, yang bukan siapa-siapa dibandingkan kedua presiden ini.

Iran Pakistan
Iran – Pakistan

Bandingkan juga ibukota kedua negara yang dipimpinnya:

http://en.wikipedia.org/wiki/Tehran

http://en.wikipedia.org/wiki/Islamabad

Akhirnya, semua berpulang kepada kita masing-masing. Kepastian seperti apa yang kita akan hadapi dan pertaruhkan untuk semua ketidak-pastian dunia ini.

As-Sajdah (Sujud) March 14, 2008

Posted by merenung in Jum'at, Sampaikan.
add a comment

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Rabb-nya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari Rezeki yang Kami Berikan kepada mereka.” (Q.S. as-Sajdah: 16)

Dalam suatu riwayat dikemukakan, ketika Bilal dan para sahabat Rasulullah duduk-duduk di masjid, ada sahabat-shahabat lainnya yang shalat sunat sesudah Magrib sampai Isya. Maka turunlah ayat ini (Q.S. 32 as-Sajdah: 16) yang melukiskan perbuatan orang-orang yang terpuji.

Diriwayatkan oleh al-Bazzar yang bersumber dari Bilal. Dalam sanad Hadits ini terdapat seorang rawi yang daif, yaitu ‘Abdullah bin Syabib.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat ini (Q.S. 32 as-Sajdah: 16) turun berkenaan dengan para sahabat yang menunggu shalat al-‘atamah (shalat Isya yang dilakukan pada akhir malam).

Diriwayatkan dan disahihkan oleh at-Tirmidzi, yang bersumber dari Anas.

(disalin dari buku Asbaabun Nuzuul, K.H.Q Shaleh, H.A.A. Dahlan, dkk, edisi ke-2, hal 419)

Ar Rum (30): 30 – 32 February 8, 2008

Posted by merenung in Jum'at, Sampaikan.
1 comment so far

Manusia menurut fithraah beragama tauhid.

basmallah_ar_rum_30-32.jpg

30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,

31. dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,

32. yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.

(copied/pasted from original cd Quran Player Lite Edition)

Az Zumar (39): 27 – 31 February 1, 2008

Posted by merenung in Jum'at, Sampaikan.
add a comment

Aku berlindung dari godaan syaitan yang terkutuk,

Dengan Nama ALLAH yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

27. Dan sungguh telah Kami buat bagi manusia di dalam Al Qur’an ini beberapa perumpamaan supaya mereka mendapat pelajaran.

28. (Yaitu) Al Qur’an dalam bahasa Arab yang tidak bengkok agar mereka bertaqwa.

29. ALLAH membuat perumpamaan, seorang laki-laki yang menjadi milik beberapa orang yang berserikat, yang mereka berselisih padanya; dan seorang laki-laki yang dimiliki oleh seorang (saja). Adakah kedua perumpamaan itu sama? Segala puji bagi ALLAH; bahkan kebanyakan mereka tidak mengetahui.

30. Sesungguhnya engkau (Muhammad) akan mati, dan sesungguhnya mereka (juga) akan mati.

31. Kemudian, sesungguhnya kamu (semuanya) pada hari kiamat akan berbantahan di hadapan Tuhanmu.

Maha Benar ALLAH dengan segala Firman-Nya.