jump to navigation

Gaji Kurang ! January 23, 2011

Posted by merenung in Serba-serbi, Umum.
Tags:
trackback

Sebagai pegawai perusahaan, umumnya slip gaji diterima tertutup rapat dan kadang ada juga perusahaan yang memberikan cap besar warna merah “P & C” (Private & Confidential). Itu tandanya, hanya yang bersangkutan saja yang boleh melihat isinya. Pelanggaran atas peringatan cap itu menjadi sangat berat dengan resiko dikeluarkan, atau mendapat peringatan terakhir jika melanggarnya secara kebetulan dan tanpa maksud sengaja. Itupun harus capek-capek menjelaskan bagaimana kejadian ketidak sengajaannya. Itu sedikit pengetahuanku tentang gaji. Hal yang rasanya menjadi “penting banget” bagi karyawan atau pegawai atau buruh suatu institusi.

Sekarang ini, menjadi sedikit lebih jelas mengapa aku kadang merasa gaji yang ku terima kurang. Bagaimana tidak, hampir semua orang yang aku temui di negri ini, ternyata selalu merasa gaji mereka kurang. Kadang memang aku dengar ada diantara mereka bercerita tentang besarnya gaji yang diterima. Tetapi kesan yang aku tangkap, justru lebih pada sikap pamer kemampuan dan berbangga diri. Pada kenyataannya, tetap saja mereka kekurangan, banyak hutang dan tetap berharap mendapatkan lebih dari yang sudah diterima. Tentu tidak “semua” orang di negri ini yang merasa kekurangan gaji. Ada orang-orang yang diberi oleh ALLAH hidayah kesadaran akan “permainan” dunia yang melalaikan ini, mencukupkan dirinya dengan apa yang diterimanya.

Ternyata, orang nomor satu di negri ini sudah beberapa kali bicara soal gaji. Walau tidak bicara langsung (sebagaimana latar belakangnya sebagai orang Jawa), tetap saja yang ditangkap oleh yang mendengarnya adalah mengeluhkan gajinya yang dirasa kurang.  Paling tidak itu yang diliput media. Baru-baru ini, dia keluhkan lagi gaji yang besarnya 29 x (dua puluh sembilan kali) GDP per kapita bangsa yang dipimpinnya. Mungkin maksudnya membesarkan hati yang mendengarnya. Padahal merujuk pada rasio gaji pemimpin politik terhadap GDP per kapita, negri ini menempati urutan ke 3, dibawah Kenya dan Singapura. Negara-negara maju yang selama ini menjadi kiblat berbagai hal, justru jauh dibawah kita, seperti Amerika, Jepang, Korea Selatan, apalagi Cina dan India.

Kalau selama ini untuk segala urusan para pemimpin kita berkiblat ke negara-negara maju itu, mengapa kali ini, untuk urusan gaji harus memalingkan muka ke Kenya? Apa hebatnya punya gaji ratusan kali GDP rakyatnya, seperti Kenya? Lagi pula, yang diterima pemimpin kita itu bukan cuma gaji “doang”. Masih ditambah fasilitas, seperti “dana khusus operasional yang besarnya 2 milyar per bulan” (kira-kira 300 x gajinya ya?).”; masih ditambah lagi dengan fasilitas tempat tinggal berupa istana-istana, tim dokter kepresidenan, tim pengawalan dan tim hore lainnya.

Mungkin sebaiknya kepala negara memberikan contoh berfikir yang dibalik, yaitu dengan memikirkan GDP rakyatnya agar meningkat pesat lebih besar dari negara-negara maju yang selama ini selalu menjadi kiblatnya. Ajak jajarannya dan masyarakat luas untuk membantu peningkatan GDP. Jadi kalau GDP sudah besar, lalu mau mencontoh Amerika misalnya, tempat yang juga menjadi salah satu kiblatnya, buatlah GDP per kapita bangsa ini menjadi sama dengan atau diatas mereka. Buat pemerataan agar rakyat jelata menikmati tingginya GDP itu. Jangan pula GDP besar, tapi yang menikmati cuma para Gayus dan Cukong saja. Lalu, bolehlah  berpidato dengan bangga untuk meminta “penurunan gaji” dari 29 x menjadi 10 x GDP per kapita saja. Toh jumlahnya nanti sudah lebih besar dari gaji presiden Amerika. Nanti rakyat akan belikan pesawat terbang, helicopter warna biru persis seperti milik presiden Amerika juga.

Tapi, kalau pemimpin tidak mau berfikir seperti itu, malah menaik-naikkan gaji para aparatnya, untuk menjustifikasi kenaikan gajinya, maka sebaiknya rakyat negri inilah yang harus mulai berfikir terbalik. Berfikir untuk lebih banyak berkarya dan bermanfaat untuk orang banyak, agar nantinya ALLAH berikan pemimpin yang berfikir sama dengan rakyatnya. Karena, kalau rakyat hanya berfikir tentang dirinya sendiri, pasti pemimpinnya juga hanya memikirkan diri mereka sendiri. Mana ada rakyat kelinci dipimpin oleh seekor harimau? Itu menentang kodrat !

 

Comments»

No comments yet — be the first.

Leave a comment